Mari Berbagi Pengetahuan di Sini

Senin, 19 Desember 2011

Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

     Dalam kehidupan manusia, bahasa memainkan peranan penting. Seseorang yang tidak menguasai bahasa yang dipergunakan di sekitarnya, ia akan merasa kesulitan dalam berkomunikasi dan mengintegrasikan diri di dalam masyarakat yang bersangkutan. Karena itu, bahasa dikatakan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Kehidupan ada karena ada bahasa. Tanpa bahasa kehidupan takkan pernah ada.
    Bahasa adalah sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat. Sebagai contoh, bahasa merupakan salah satu sarana komunikasi antar sesama manusia yang tentunya bertujuan agar dapat dimengerti oleh manusia lainnya. Saling memahami atau saling mengerti erat berhubungan dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami orang lain dengan baik apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan orang lain atau membaca dengan baik apa yang ditulis orang lain. Kita dapat membuat orang lain memahami kita dengan baik apabila kita berbicara atau menulis dengan baik pula. Dengan kata lain, saling memahami bertalian dengan keterampilan mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis.
     Disamping sebagai alat komunikasi, bahasa juga memiliki sistem. Bahasa perlu menaati kaidah-kaidah atau aturan bahasa yang berlaku. Kaidah-kaidah bahasa yang tersirat dan tersurat berupa intuisi penutur bahasa. Kaidah yang tersurat adalah sistem bahasa yang dituangkan dalam berbagai terbitan yang dihasilkan oleh penutur bahasa yang mempunyai minat dalam bidang bahasa. Kaidah-kaidah inilah yang menjadi acuan dalam penetapan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun, realitas yang terjadi tidak semua kaidah tersebut dapat diterapkan dengan baik. Dalam tulisan ini, akan dijelaskan bagaimana penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan bagaiman kriteria bahasa Indonesia yang baik dan benar itu.

Peranan Guru dalam Administrasi Sekolah Menengah

A.    Administrasi Personel
Administrasi personel dalam hal ini personel pendidikan adalah golongan petugas yang membimbing kegiatan edukatif dan yang membidangi kegiatan non-edukatif (ketatausahaan). Personel bidang edukatif adalah mereka yang bertanggungjawab terhadap kegiatan belajar mengajar, yaitu guru dan konseling (BK), sedangkan personel bidang non-edukatif adalah petugas tata usaha dan penjaga atau pesuruh sekolah.
Pembahasan administrasi personel ini dibatasi dan difokuskan kepada pembahasan guru sekolah menengah sebagai pegawai negeri. Pegawai negeri adalah mereka yang setelah memnuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam perundang-undangan yang berlak, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan suatu perundang-undangan yang berlaku.
Dalam peraturan pemerintah No. 29 tahun 1990 pasal 13 disebutkan bahwa pengadaan dan pengembangan tenaga kependidikan pada sekolah menengah yang diselenggarakan oleh pemerintah menjadi tanggung jawab menteri P dan Katau menteri lain (menteri agama atau menteri lain yang departemennya mempunyai sekolah kedinasan).

Teori Pemerolehan Bahasa pada Anak

    Psikolinguistik adalah gabungan dua disiplin ilmu yaitu psikologi dan linguistik. Dalam psikolinguistik dipelajari factor-faktor psikologis yang memungkinkan manusia mendapatkan, memahami dan menggunakan bahasa.  Psikolinguistik  meliputi proses kognitif  yang bisa menghasilkan kalimat  yang mempunyai arti dan benar  secara tata bahasa dari perbendaharaan kata dan struktur tata bahasa, termasuk juga proses yang membuat bisa dipahaminya ungkapan, kata, tulisan, dan sebagainya.  Psikolinguistik perkembangan mempelajari kemampuan bayi dan anak-anak dalam mempelajari bahasa dalam hal pemerolehan bahasa.
    Terdapat beberapa teori yang membahas mengenai perolehan bahasa pada bayi dan balita yang bersumber pada perkembangan psikologi yang bersifat natur dan nurture. Natur adalah aliran yang meyakini bahwa kemampuan manusia adalah bawaan sejak lahir. Oleh karena itu manusia telah dilengkapi secara biologis oleh alam (natur) untuk memproduksi bahasa melalui alat-alat bicara (lidah, bibir, gigi, rongga tenggorokan, dibantu oleh alat pendengaran) maupun untuk memahami arti dari bahasa tersebut (melalui skema pada kognisi). Sedangkan nurtur dalam perolehan bahasa berargumen bahwa bayi dan balita memperoleh bahasa karena terbiasa pada bahasa ibu. Hal ini terbukti pada pembentukan kemampuan fonem yang tergantung pada bahasa ibu. Dalam proses pemerolehan bahasa ada beberapa mekanisme yang harus dilalui. Adapun mekanisme-mekanisme dalam perolehan bahasa adalah sebagai berikut.

Bagaimana Manusia Memahami Ujaran

(Dardjowidjojo, Soenjono dan Unika Atma Jaya. 2003. PSIKOLINGUISTIK: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia)

    Bab ini membahas bagaimana manusia dapat memahami kata, frasa, klausa, kalimat, atau wacana yang didengar. Bagaimana komprehensi (pembentukan makna dari bunyi) dalam sebuah kalimat yang kita ucapkan. Dari sudut pandang ilmu psikolinguistik, ada dua macam  komoprehensi (Clark & Clark 1977).yaitu:
1.    Komprehensi yang berkaitan dengan pemahaman atas ujaran yang kita dengar.
2.    Komprehensi yang berkaitan dengan tindakan yang perlu kita lakukan setelah ujaran itu kita dengar.
Untuk memahami makna suatu ujaran (kata, frasa, klausa, kalimat, wacana), ada beberapa hal pokok yang prlu kita ketahui. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut.

1.    Struktur lahir dan struktur batin dari suatru ujaran
Pada struktur lahir dan batin ini kita diajarkan bagaimana kita memahami makna  suatu ujaran bukan hanya dari segi pemukaan yang kita lihat atau urutan kata yang terdapat pada ujaran tersebut atau ciri-ciri tertentu masing-masing kata (struktur lahir), tetapi kita diajarkan juga bagaimana kita dapat  memahami makna ujaran dari segi representasi yang mendasarinya atau kerumitannya yang terkesan menjadi sebuah kalimat yang ambigu (struktur batin).
Pada struktur lahir sebuah ujaran kita dapat mengambil contoh berikut agar dapat memahaminya.
Lelaki tua itu masih dapat bermain tenis.
      Kalimat tersebut dapat kita pahami cukup dari urutan kata-kata yang terdengar atau terlihat oleh kita. Siapa pun yang mendengar kalimat ini akan memberi interpretasi yang sama, yakni, adanya seorang lelaki, lelaki itu sudah tua, dia senang bermain sesuatu, dan sesuatu itu adalah tenis. Sedangkan kehadiran pemahaman pada struktur batin pada sebuah ujaran dapat kita lihat pada contoh berikut.

Cerita Rakyat

Legenda dari Tanah Bone

Cerita dalam bahasa Bugis:

BATU MEMMANA`E

     Engkana ritu seuwwa wettu ri tana Bone, sibola marana` marindo`. Indo`na maka gello na makessing ampena, naikiyya ana`na kuttu`na kuttuE nama tumpeng toa kedona. Jama-jamanna indo`na iyanaritu mappulung-pulung aju ri ale`E, nai nappa lao na balu ri pasaE. ana`na laing toi, jama-jamanna iyanaritu mattennung lipa ugi nai nappa lao na balu ri padangkang-padangkang`E.
     Ri  bolana iyya mabelaE lao riyaseng nge makessing, engka seddi asu naparakai. Asenna iyyanaritu La Balo. Iyya he lapong asu maka patona risuro-suro. Engkanaro seuwwa esso, maka pellana essoE, napa relli-relli tongeng agaga nateppaiye. Nama tennung naro lapong ana` ri tengga esso`E, na pole alalena topa ri bolaE, nasaba lapong indo lao ri pasaE ma`balu aju. Ritengga jama-jamanna mattennung, poleniro cakkarudduna lapong ana`. Cakkado ado ni ri onrong na tudang. Magi nateppa sempe`na parewa tennung na lao ri sabolaE. Nasaba cakkaruddu na pole toni kuttuna, tea atinna lapong ana` ma`kedde malai parewa tennung na. Maelo mellau tulung ri indo`na, naikiyya lapong indo dei gaga ribolaE. Pole nainggngarang ni makkeda engka . parewa tennung ku ri sabolaE!” ri saliweng pappe sangkana lapong ana`, na ma`bali mana La Balo makkeda: “Iyye puang, tatajeng nni cinampe`” Iyya maka seleng nna lapong ana` mengkalingai asunna macca ma`barekkada pada rupa  tauwe. Pede` tattamba ni ro seleng na lapong ana` riwettu napeneddingini  ajena de`naulle kedo. Mattedde pada batuE ajena lapong ana`. Na sibawa ro tau na, terri ni lapong ana` nai nappa naolli-olli indo`na. Maitta-maitta tainiyya ajena bawang matedde, naikiyya seddi ni batang kale, tassesa ulunna.

Jenis-Jenis Kalimat

A.    Berdasarkan Pengucapannya
Berdasarkan pengucapannya, kalimat dibedakan menjadi dua macam yakni:
1.    Kalimat langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan gaya pengucapan orang lain. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan petik dua (“…”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
    Ibu berkata, “Rohan, jangan meletakkna sepatu di sembarang tempat.”
    “Saya gembira sekali”, kata Ayah, “karena kamu lulus ujian.”
2.    Kalimat tak langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak lagi dtandai dengan adanya tanda petik dua dan sudah diubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
    Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
    Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
B.    Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
Berdasarkan jumlah frasa atau struktur gramatikalnya, kalimat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

Kesatuan Konflik dalam Drama “Bunga Rumah Makan” Karya: Utuy Tatang Sontani

Oleh: Ika Sartika
Mahasiswa FKIP Universitas Halu Oleo
Kampus Bumi Tridharma, Jln. HEA Mokodompit 93212 Telp: 085296124846 Email: s.ika56@yahoo.com

Abstrak
    Naskah drama adalah salah satu genre karya sastra yang sejajar dengan prosa dan puisi. Tetapi naskah drama memiliki bentuk sendiri yang ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan untuk dipentaskan (Waluyo, 2003:2). Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan dengan menggunakan percakapan dan action pada pentas dihadapan penonton (audience). Dalam penelitian ini, peneliti akan menguraikan lebih mendalam tentang konflik yang terdapat dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani. Bahwa konflik di dalam drama berkedudukan sebagai unsur dasar cerita serta berfungsi antara lain sebagai unsur yang memiliki peranan utama dalam menghidupkan peristiwa-peristiwa yang membentuk alur, serta secara umum berfungsi pula sebagai penyampai cerita dijadikan sebagai landasan atau dasar dalam penelitian ini, yang kesemua itu akan diuraikan di bagian pembahasan.
Latar Belakang
    Sastra adalah proses penciptaan karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya berdasarkan sistem norma dan konvensi-konvensinya dengan menonjolkan aspek estetik. Menurut Horace, terdapat dua fungsi sastra yaitu “dulce” dan “utile”, yakni sebagai hiburan dan bermanfaat. Dua fungsi sastra tersebut melekat pada setiap karya sastra. Artinya, di samping berfungsi sebagai hiburan juga dapat bermanfaat. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat menimbulkan kesan yang indah pada jiwa pembaca. Oleh karena itu, salah satu ciri karya sastra adalah bersifat imajinatif, yaitu menimbulkan citra atau bayangan tertentu di dalam benak penikmatnya.
    Menurut genrenya, karya sastra dapat dibagi menjadi tiga yakni, puisi, prosa (fiksi) dan drama. Dari ketiganya, drama merupakan genre yang unik. Drama tidak sekedar dibaca tetapi juga dipertontonkan. Sebagai tontonan, cerita drama dikatakan empheral, yaitu bermula pada suatu malam dan berakhir pada malam yang sama. Sejauh ini, drama masih dikatakan berasal dari Yunani, draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, beraksi dan sebagainya. Istilah lain yang sama dengan drama adalah sandiwara (dari bahasa Jawa) yang maksudnya cerita rahasia. Cerita tersebut kemudian digolongkan menjadi salah satu genre sastra, yakni sastra yang bercerita.