Novel detektif adalah novel yang keberadaannya sudah tidak asing lagi. Di Indonesia dikenal pengarang-pengarang novel detektif seperti S Mara Gd, Marga T, Aryono Grandy dan pengarang-pengarang lain yang tidak mengkhususkan diri sebagai penulis novel detektif tetapi menghasilkan beberapa karya bergenre detektif. Sedangkan pengarang dari luar negeri seperti Agatha Christie, Sandra Brown, Sir Arthur Conan Doyle, dan lain-lain.
Jenis novel detektif yang banyak ditemui di Indonesia adalah jenis klasik atau tepatnya roman policier a enigma (cerita detektif berteka-teki) dengan sedikit variasi di sana-sini. Namun, jenis itu tdak terlalu murni, terutama dalam cerita detektif untuk remaja, karena selama dilakukan pelacakan, kejahatan tetap terjadi dan sang detektif pun terancam bahaya. Yang tidak terduga adalah adanya roman yang keras dan brutal dalam khasanah cerita detektif Indonesia. Tetapi pengarang yang mengkhususkan diri dalam penulisan cerita tersebut hanya seorang pengarang, yaitu Aryono Grandy.
A Teeuw dalam bukunya Sastra dan Ilmu Sastra menjelaskan kriteria novel atau roman detektif. Sebenarnya pendapat ini lebih tepat disebut konvensi roman detektif yang harus diketahui pembaca sebelum membaca novel atau roman detektif. Menurutnya ada lima point yang terdapat dalam konvensi roman detektif, yaitu:
1. Keberadaan mayat atau orang yang terbunuh
2. Adanya keraguan yang disengaja
3. Adanya detektif yang lebih pintar dari semua pelaku
4. Adanya ketegangan yang terus menerus.
Menurut Teeuw, ketegangan itu merupakan hal yang penting dalam sebuah novel atau roman detektif. Rasa tegang itu selalu diharapkan oleh pembaca. Pembaca selalu dibuat ragu-ragu oleh sesuatu hal, apakah hal itu penting ataukah tidak dalam perkembangan alurnya.
Panuti Sudjiman merumuskan istilah tegsngsn sebagai ketidakpastian yang berkelanjutan atau suasana yang makin mendebarkan yang diakibatkan jalinan alur dalam cerita rekaan atau lakon. Tegangan ini menopang keingintahuan pembaca akan kelanjutan cerita.Jenis novel detektif yang banyak ditemui di Indonesia adalah jenis klasik atau tepatnya roman policier a enigma (cerita detektif berteka-teki) dengan sedikit variasi di sana-sini. Namun, jenis itu tdak terlalu murni, terutama dalam cerita detektif untuk remaja, karena selama dilakukan pelacakan, kejahatan tetap terjadi dan sang detektif pun terancam bahaya. Yang tidak terduga adalah adanya roman yang keras dan brutal dalam khasanah cerita detektif Indonesia. Tetapi pengarang yang mengkhususkan diri dalam penulisan cerita tersebut hanya seorang pengarang, yaitu Aryono Grandy.
A Teeuw dalam bukunya Sastra dan Ilmu Sastra menjelaskan kriteria novel atau roman detektif. Sebenarnya pendapat ini lebih tepat disebut konvensi roman detektif yang harus diketahui pembaca sebelum membaca novel atau roman detektif. Menurutnya ada lima point yang terdapat dalam konvensi roman detektif, yaitu:
1. Keberadaan mayat atau orang yang terbunuh
2. Adanya keraguan yang disengaja
3. Adanya detektif yang lebih pintar dari semua pelaku
4. Adanya ketegangan yang terus menerus.
Menurut Teeuw, ketegangan itu merupakan hal yang penting dalam sebuah novel atau roman detektif. Rasa tegang itu selalu diharapkan oleh pembaca. Pembaca selalu dibuat ragu-ragu oleh sesuatu hal, apakah hal itu penting ataukah tidak dalam perkembangan alurnya.
Dalam penelitian kecil ini, dipilih novel-novel detektif seperti Misteri Dian yang Padam, Misteri Sebutir Safir,Manusia Asap dari Pattaya, dan The Mysterious Mr. Quin, sebagai acuan penelitian. Novel ini dipilah berdasarkan genre yang sama dan dari pengarang yang berbeda-beda. Adapun hal-hal yang akan diteliti dari keempat novel tersebut adalah menyangkut alur, tokoh, motif atau tema, dan latar social yang terdapat dalam novel. Penelitian ini secara terbatas akan melihat kesamaan tipologi novel detektif utamanya novel-novel yang dijadikan acuan penelitian.
ALUR
Alur yang terdapat dalam novel–novel detektif sebenarnya beranekaragam. Keanekaragaman tersebut tentu saja memiliki daya tariknya masing-masing. Tetapi secara garis besar, pola atau alur yang biasa digunakan adalah seorang tokoh menjadi korban pembunuhan, kemudian beberapa tokoh lain dicurigai sebagai tersangka, dan di akhir cerita, yang ditangkap adalah tokoh yang tak dicurigai sedikit pun (oleh pembaca). Dalam The Mysterioous Mr.Quin, Derek Capel diketahui sebagai pembunuh Mr.Appleton setelah ia sendiri bunuh diri. Kristin, dalam Misteri Sebutir Safir, dikenal sebagai menantu yang sangat disayangi da dibanggakan oleh mertuanya, Denaek Banda. Tetapi pada akhirnya diketahui bahwa nyaw adenaek melayang ditangan Kristin. Begitu pula dalam Misteri Dian yang Padam, Sumarsono yang notabene adalah sosok suami ynag ideal, tega menghabisi nyawa Dian demi menutupi kebohongannya di depan istrinya.
Kekhasan yang paling menonjol dari sebuah novel detektif adalah adannya keragu-raguan yang dibangun oleh pengarang sehingga mengakibatkan pembaca bertanya-tanya mengenai kelanjutan cerita. Kekhasan ini pun ditemukan dalam beberapa nivel yang dijadikan acuan analisis. Dalam Misteri Sebutir Safir, ketegangan terjadi pada saat Anisa Banda, istri muda Denaek Banda, dituduh sebagai pembunuh suaminya oleh anak-anak tirirnya. Sementara Anisa sendiri mengaku bahwa bukan ia yang melakukannya, dan ia memiliki alibi yang kuat. Begitu pula dalam Misteri Dian yang Padam, pada saat Herlina diituduh sebagai pembunuh Dian, ia marah besar dan tidak mau memberikan informasi apa-apa kepada polisi kecuali penyangkalan bahwa bukan ia pembunuhnya. Agak berbeda dengan The Mysterious Mr.Quin, ketegangan tersebut, bisa dikatakan tidak muncul sama sekali. Mungkin ini terjadi karena dalam novel tersebut, penyelidikan terhadap kasus kematian Mr.Appleton dilakukan bertahun-tahun setelah kematiannya.
Harapan pembaca akan sebuah cerita detektif yang sedang dibacanya akan terpenuhi apabila ada mayat atau orang dibunuh, ada keraguan yang disengaja tentang watak tokoh, penjahat atau manusia yang tak bersalah, tentang urutan dan detail-detail waktu, peristiwa dan hal-hal lain (pentingnya alibi), ada detektif yang lebih pintar dari semua tokoh, ada ketegangan yang terus menerus, dan puncak atau klimaksnya adalah terpecahkannya teka-teki atau misteri yang ditunggu-tunggu pembaca.
TOKOH
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel-novel detektif, terutama yang terkait dengan kasus yang diselidiki, datang dari golongan konglomerat. Mereka adalah para orang kaya yang memiliki masalah-masalah yang menyangkut harta kekayaan dan pasangan hidup atau cinta. Dalam Misteri Sebutir Safir, Denaek Banda yang menjadi korban penbunuhan memiliki sebuah perusahaan perakitan mobil yang merangkap bengkel yang diberinya nama Banda Motor. Hartanya berlimpah, ia juga memilki rumah mewah dan villa yang megah. Keluarga Sumarsono dalam Misteri Dian yang Padam juga berasal dari kaum jetset. Memang, Pak Sumarsono hanyalah wakil direktur sebuah perusahaan swasta, tetapi warisan yang diterima dari mertuamya dapat dipakainya selam dua keturunan. The Mysterious Mr.Quin menampilkan tokoh Tom Evesham yang mampu memperistri Lady Laura Keene, yang notabene adalah putri konglomerat Inggris. Dapat ditebak, tentunya Tom Evesham pun merupakan seorang konglomerat.
Dari semua novel yang dijadikan acuan analisis , profesi detektif -pekerjaan yang menuntut kecerdasan otak dan kekuatan fisik- diperankan oleh laki-laki. Mungkin menurut para penulis novel detektif, hanya para lelakilah yang pantas menyandang tokoh hero (jagoan), memecahkan misteri, menangkap penjahat dan membasmi kejahatan. Selain itu, mereka melakukan aksinya dengan berpasang-pasangan. Mr. Harley Quin dengan Mr. Satterthwaite, Gozali dengan Kapten Kosasih, serta Zenon Bairi dan ahmad Tolba dalam Manusia asap dari Pattaya.
Tokoh-tokoh yang berperan sebagai detektif pun cenderung memiliki sifat dan penampilan yang unik. Mr. Harley Quin memiliki kebiasaan muncul secara tiba-tiba entah dari mana dan lenyap begitu saja setelah tugasnya selesai. Bagi Mr. Satterthwaite, partner kerjanya itu tergolong manusia aneh dan nyentrik. Di kemunculan pertamanya, ia mengenakan baju penbalap yang berwarna-warni bila ditimpa cahaya. Gozalai dalam Misteri Sebutir Safir memilki tingkah yang aneh pada saat ia berpikir keras. Ia akan menyandarkan punggungnya di kursi, menumpangkan kakinya di atas meja dan memejamkan mata. Orang yang melihatnya akan berpikir bahwa lelaki jangkung dan kurus itu sedang tertidur, padahal ia sedang memeras otak untuk memecahkan sebuah teka-teki. Senada dengan penampilan Mr. Harley Quin, Zenon Bairi dalam Manusia asap dari Pattaya juga memiliki penampilan yang nyentrik, kalau terlalu kasar bila dikatakan norak. Ia suka memakai celana khaki zaman tahun empat puluhan, kaus oblong putih plus jaket kulit berlapis bulu. Dengan aksesoris pelengkap berupa topi pet berwarna merah yang selalu setia bertengger manis di atas kepalanya.
Tetapi dibalik pakaian nyentrik dan unik yang dikenakannya , para tokoh detektif ini memiliki otak yang cerdas dan cepat tanggap. Mereka memilki daya nalar yang tinggi. Buktinya mereka dapat memecahkan teka-teki pembunuhan dan menangkap tersangkanya. Meski kita -sebagai pembaca- sering juga dibuat penasaran dengan alibi yang dimiliki semua tokoh yang dicurigai sebagai tersangka.
MOTIF atau TEMA
Berbicara mengenai novel detektif, pembahasan kita tidak akan pernah terlepas dari pertanyaan “motif apa yang membuat tersangka menghabisi nyawa korban?” Dari empat novel yang dijadikan acuan analisis, dapat ditemukan dua motif yang mendasari pembunuhan-pembunuhan yang terjadi. Kedua motif tersebut adalah harta dan cinta (pasangan hidup).
Dalam Misteri Dian yang Padam, Sumarsono membunuh Dian karena dian mengetahui sepak terjang penipuannya. Ia takut bila Dian bertemu dengan istrinya, Frida, Dian membocorkan semua rahasianya. Dan memang pada dasarnya, Sumarsono menikahi Frida karena harta dan kekayaan orang tua Frida yang berlimpah. Otomatis bila Frida mengetahui kelicikan suaminya, ia akan segera minta cerai sebelum hartanya berpindah ketangan Sumarsono.
Kristin, dalam Misteri Sebutir Safir, menghabisi nyawa mertuanya , Denaek Banda, juga atas dasar harta. Ia merasa takut bila harta kekayaan mertuanya akan habis bila istri mudanya –Anisa Banda- tetap tinggal bersama Denaek Banda. Maka untuk mengamankan warisannya yang masih di tangan mertua, ia membunuh mertuanya dan berniat menjadikan Anisa Banda sebagai kambing hitam. Sehingga ia bisa lebih cepat mendapat warisan tersebut dan tidak ada yang mengganggu gugatnya.
Derek Capel dalam The Mysterious Mr. Quin jatuh cinta pada istri Mr. Appleton yang cantik dan masih muda. Begitu pula sebaliknya, Mrs. Appleton tidak sanggup lagi merawat suaminya yang sudah tua dan cerewet. Untuk dapat menyatukan cinta mereka, Derek Capel membunuh Mr. Appleton. Tetapi karena takut ditangkap polisi, Derek Capel malah menembak kepalanya sendiri di rumahnya.
Demikianlah, harta selalu membuat mata silau oleh cahayanya, sehingga tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel, tega melakukan pembunuhan demi harta. Juga, kisah kasih lelaki dan wanita tidak pernah lepas dari sebuah cerita, baik itu novel maupun cerpen yang notabene bergenre detektif.
LATAR SOSIAL
Novel-novel yang bergenre detektif pada umumnya mengambil latar atau setting social yang biasa-biasa saja. Apalagi bagi masyarakat kota yang berduit, kehidupan tokoh-tokoh novel detektif hampir sama dengan kehidupan mereka. Mereka tinggal di rumah mewah, memiliki perusahaan, ke kantor dengan mengendarai mobil pribadi, mereka memiliki pembantu yang siap melayani mereka, dan lain-lain. Kantor mereka pun digambarkan sebagaimana lazimnya kantor-kantor yang adadi kehidupan nyata. Lengkap dengan masalah-masalahnya. Mulai dari karyawan yang ogah-ogahan bekerja, affair antara direktur dengan sekertarisnya, persahabatan antar karyawan, gossip mengenai selingkuhan bos dan berbagai problem lain yang biasanya ada dalam dunia kerja dan perkantoran.
KESIMPULAN
Dari sekelumit penjelasan yang tertera di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa novel-novel detektif memiliki banyak perbedaan dari novel yang bergenra lain. Kekhasan novel detektif berasal dari adanya ketegangan yang ditimbulkan oleh cerita atau kisah yang terdapat di dalamnya. Terpecahkannya misteri yang menyelubungi sebuah kasus pembunuhan merupakan ending yang monoton dalam sebuah novel detektif. Hal itu terjadi karena dalam novel detektif, setelah tersangka utama kasus pembunuhan telah tertangkap maka secara otomatis tokoh-tokoh lain pun telah menemukan titik terang kehidupan mereka. Kehidupan social para tokoh dalam novel detektif, bisa dikatakan mirip dengan kehidupan social yang ada di dunia nyata. Hal ini di karenakan para penulis novel detektif menggunakan latar yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Christie, Agatha.2002.The Mysterious Mr. Quin.Jakarta:Gramedi Pustaka Utama
Mara Gd,S.2005.Misteri Dian yang Padam.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
Mara Gd,S.2005.Misteri Sebutir Safir.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
T, Marga.2005.Manusia Asap dari Pattaya.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
Wah bagus bangt.. kebetulan saya juga penggemar novel detektif,, oia mau copas sedikit ya untuk referensi tugas saya.. maksih sebelumnya
BalasHapus